BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Famili
equidae adalah hewan yang mempunyai teracak (ungula/hoof) yang bejumlah
tunggal (hewan berkuku satu/tunggal, istilah yang tepat adalah berteracak
satu). Dengan demikian kuda berdiri dengan bertumpu hanya pada satu kukunya
disetiap kakinya, yaitu pada kuku dari jari ke III. Oleh karena itu, kuku kuda
yang harus menumpu berat badan ini sangat penting peranannya untuk kehidupan
kuda. Dibandingkan dengan sapi dan mamlia berkaki empat lainnya, kuda termasuk
hewan yang tahan berdiri lama, hal ini dapat diperhatikan sewaktu kuda sering
merumput yang selalu dilakukan sambil berdiri sekali-kali berlari-lari kecil
mengelilingi pagar lapangan.
Kadang-kadang
memang berbaring dan berguling-guling di rerumputan. Tetapi kondisi ini tidak
dilakukan dalam waktu yang lama. Kuda bahkan melakukan aktivitas tidur sambil
berdiri. Secara otomatis, kuda dapat berdiri lama, kuda mempunyai tendo-tendo
dan ligamenta yang sangat kuat pada kakinya yang mengikat dan menahan
tulang-tulang dan otot-otot kaki. Tendo dan ligamenta ini tersusun sangat kokoh
sehingga kerja otot-otot kaki yang agonis maupun yang antagonis dapat bekerja
secara minimal sehingga kuda tidak merasa letih sewaktu berdiri. (Sigit,
Koeswinarning dkk 2010).
Kuda
merupakan hewan piara yang telah lama didomestikasi. Pada awalnya, kuda
dijadikan sebagai hewan buruan untuk dikonsumsi. Hal ini mulai dilakukan sejak
ribuan tahun sebelum Masehi di daerah Eropa Utara. Di Asia, kuda mulai
dipelihara sejak 4500 tahun yang lalu, dan sejak saat itulah, kuda mulai
mengalami perubahan fungsi yaitu mulai digunakan untuk mengangkat beban, dan
juga sebagai alat transportasi (Soehardjono 1991).
Kuda
merupakan hewan kosmopolitan dan menyebar hampir di seluruh penjuru dunia,
mulai dari bagian dunia beriklim tropis sampai dingin. Berdasarkan sejarah
kehidupannya, kuda mempunyai tahapan evolusi yang unik. Kaki depan kuda
mempunyai tenunan padat khas yang disebut lacertus fibrosus. Tenunan ini
terdapat dalam m. biceps brachii dan memanjang ke arah distal menyeberang ke
permukaan m. extensor carpi radialis dan berjalan bersama otot tersebut melalui
persendian siku, dan berakhir di tuberculum metacarpale.
Lacertus
fibrosus bekerja secara pasif karena tidak mempunyai fungsi kerja kontraksi dan
relaksasi. Saat kuda berdiri, lacertus fibrosus menegang secara pasif untuk
menahan persendian bahu, sedangkan pada saat fleksio lacertus fibrosus
mengendur (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996; Sigit et al. 2006).
Fungsi inilah yang membuat kuda mampu berdiri lama tanpa merasa lelah.
(Putro,2008)
Pada
beberapa kuda dengan fungsi pekerja dan kuda pacu sering mengalami cedera pada
bagian carpal. Cedera tersebut dikarenakan beban kerja terlalu berat, nutrisi
yang tidak seimbang, kelainan genetis, agen fisik, usia dan dapat`menimbulkan
infeksi sekunder jika tidak segera mendapat penanganan medis.
Penyakit
inflamasi dan kontraksi fleksor carpal menjadi masalah yang yang serius jika
tidak mendapat penangan lajut. Makalah ini disusun sebagai dasar dalam
penanganan lanjut mengenai penyakit inflamasi dan kontraksi fleksor carpal pada
kuda.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengemukakan rumusan
masalahnya, yakni:
1. Apa
penyebab atau etiologi dari penyakit ini?
2. Apa
saja unsur anatomis yang terlibat?
3. Apa
akibat yang ditimbulkan dari penyakit ini?
4. Apa
gejala yang ditimbulkan (diagnosa) ?
5. Bagaimana
diagnosa bandingnya?
6. Bagaimana
treatment dari penyakit tersebut?
C. Tujuan
Adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui diagnosa awal penyakit.
2. Untuk
menambah wawasan mahasiswa dalam memahami sebuah penyakit dan treatmentnya
3. Untuk
mengetahui diagnosa bandingnya.
4. mempelajari
kaki depan kuda lengan bawah digit khususnya pada daerah carpus kuda.
5. Untuk
meningkatkan pemahaman tentang bagaimana melakukan tindakan pada kuda yang
menderita penyakit, seperti inflammation and contraction of the carpal
flexors.
6. Untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Anatomi Topografi.
D. Manfaat
Adapun beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dalam penyusunan makalah ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Dapat
menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit inflammation and
contraction of the carpal flexors.
2. Memberikan
acuan dalam perawatan dan penanganan penyakit pada kaki depan daerah capus
kuda.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etiologi
Penyakit
Peradangan
pada bagian otot atau tendon fleksor dari carpal, tidak terjadi sesering
seperti halnya peradangan pada fleksor dari ekstremitas. Cedera Peradangan
fleksor dari carpal seperti ini disebabkan oleh kerja keras dan benturan keras
dan kontraksi yang menetap sebagai hasilnya. Tetapi, hal ini lebih sering
disebabkan oleh sebuah kelainan bawaan pada kaki yang bertanggung jawab pada
ketegangan yang tidak semestinya pada bagian ini. Kuda yang mengalami “knee
sprung" atau yang memiliki kondisi bawaan dimana dibagian garis
anterior, yang dibentuk oleh radius, tulang carpal dan metacarpal, dibengkokkan
ke arah depan pada carpus, semua tergantung pada peradangan dan kontraksi dari
fleksor carpal. Ketika fleksor berkontaksi, kondisi ini dikenal di kalangan
penunggang kuda sebagai "buck knee". Namun, radang fleksor
carpal bukanlah kondisi yang mungkin akan menyulitkan, tetapi karena
keterlibatan carpal (yang seringkali hadir) penyebab masalah tetap, dan
peradangan berulang pada fleksor carpal atau menjadi kronis dan akibat
kontraksi dari tendon. (Ebook gutenberg,1916).
Kaki
depan kuda mempunyai tenunan padat khas yang disebut lacertus fibrosus. Tenunan
ini terdapat dalam m. biceps brachii dan memanjang ke arah distal menyeberang
ke permukaan m. extensor carpi radialis dan berjalan bersama otot tersebut
melalui persendian siku, dan berakhir di tuberculum metacarpale. Lacertus
fibrosus bekerja secara pasif karena tidak mempunyai fungsi kerja kontraksi dan
relaksasi. Saat kuda berdiri, lacertus fibrosus menegang secara pasif untuk
menahan persendian bahu, sedangkan pada saat fleksio lacertus fibrosus
mengendur (Sisson dan Grossman 1958; Dyce et al. 1996; Sigit et al. 2006).
Fungsi inilah yang membuat kuda mampu berdiri lama tanpa merasa lelah (Putro,
2008).
B. Unsur-unsur
Anatomi yang Terlibat
Struktur
yang biasanya dianggap sebagai fleksor sebenarnya dari carpus adalah kelompok
dari tiga otot, yang memiliki kepala yang terpisah dari asal dan berbagai tempat
insersi tendon. Kelompok ketiga otot tersebut adalah:
1. M.
Flexor Carpi Radialis
Otot ini terletak di
bidang medial lengan bawah.
Origo : epicondylus medialis dari os
humerus
Insertio : os metacarpale II
Fungsi :
·
flexor persendian carpus
·
extensor persendian siku (Nurhidayat dkk 2010).
M.
fleksor carpi radialis (fleksor metacarpi internus) berasal dari
epicondilus medialis humerus. Otot ini menuju ke bagian ujung proksimal tulang
metacarpal (inner metacarpal atau splint) medial. Otot ini lebih kecil
dari ketiga otot lainnya dan tidak biasanya diputuskan dalam melakukan tenotomy
carpal.
2. M.
Flexor Carpi Ulnaris
Merupakan otot yang
lebar, tipis dan terletak dibidang mediovolar antebrachium dan di caudal m.
Flexor carpi medialis. Otot ini terdiri atas dua caput yaitu caput humeral dan
caput ulnare.
Origo :
·
epicondylus medialis dari os humerus (caput
humerale)
·
Facies medialis dari olecranon (caput ulnare)
Insertio :
·
Os carpi accessorium
Fungsi :
·
Flexor persendian carpus
·
Extensor persendian siku
M.
Fleksor carpi ulnaris (fleksor metacarpi medius) memiliki dua kepala asal;
satu, lebih besar, berasal dari epikondilus humerus dan yang lain dari
permukaan posterior olecranon. Kedua kepala bersatu pada sepertiga atas dengan
radius dan otot, menjadi tendon, seperti halnya dengan fleksor carpal lain,
otot ini melekat pada satu titik dari insertio kebagian tulang carpal aksesori
(trapezum). Yang lainnya bercampur dengan ligamen annular posterior dari
carpus. (Nurhidayat dkk 2010)
3.
M. Extensor Carpi Radialis (m.ulnaris lateralis)
Otot
ini terletak di sebelah laterovolar lengan bawah. Walaupun otot ini terletak
dibidang lateral daerah antebrachium bersama-sama dengan kelompok otot-otot
extensor, tetapi otot ini pada hewan piara berfungsi sebagai flexor persendian
carpus.
Origo : epicondylus
lateralis dari os humerus
Insertio : os carpi
accesorium dan os metacarpale IV
Fungsi :
·
Flexor persendian carpus
·
Extensor persendian siku (Nurhidayat dkk 2010).
M.
Ulnaris lateralis (fleksor metacarpi eksternus) berasal dari epicondilus
lateral humerus dan masuk ke ekstremitas proksimal metacarpal keempat (splint
luar) tulang dan yang lainnya melakukan perlekatan ke tulang carpal aksesori
(trapezium) dengan tendon dari fleksor carpiulnaris (fleksor metacarpi medius).
Otot-otot
ini, secara bersama-sama bertindak dalam mem-flexor carpus atau meng-extensor
siku dan tindakan ini diantagonis oleh bisep brachii (fleksor brachii)
dan ekstensor dari carpus dan phalanges. (Lacroix, 1916)
C. Akibat
Ketika peradangan
disebabkan oleh luka tusukan dan terjadi infeksi subfascial, terdapat
manifestasi nyata dari rasa sakit. Berat tidak didukung oleh anggota yang
terinfeksi dan yang diakibatkan oleh tekanan. Hal ini disebabkan oleh otot yang
bengkak terkurung di dalam yang bukan hasil fasia brachialis, terdapat
supersensitiveness atau kurangnya sensitivitas yang ditandai dari bagian-bagian
yang terkena. Fleksi siku dihindari karena kontraksi dari otot bisep brachii
(brachii fleksor) atau ekstensor, yang merupakan antagonis dari fleksor carpus,
sehingga dapat menegangkan fleksor carpal dan menyebabkan rasa sakit yang
demikian meningkat.
Namun, dalam
kebanyakan kasus, kasus ini khas tidak menjadi perhatian praktisi dan tidak
rumit, tetapi untuk radang subakut atau kronis yang sering diikuti dengan
kontraksi dari bagian tendon fleksor dari carpal, dan terjadi dalam kasus
seperti carpitis. Hewan yang terkena dampak sudah kehilangan kekakuan yang
menjadi ciri sendi carpal normal ketika kaki adalah anggota bantalan berat, dan
karena kondisinya berlanjut, kaki gemetar ketika menopang berat badan (Lacroix,
1916)
D. Diagnosa
Radang
atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi
dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia seperti histamin,
bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin, yang dilepaskan oleh sel
yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk
melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
·
tumor atau membengkak
·
calor atau menghangat
·
dolor atau nyeri
·
rubor atau memerah
·
functio laesa atau daya pergerakan menurun
·
kemungkinan disfungsi organ atau jaringan
Peradangan
juga mungkin berkaitan umum dengan flu, gejalanya termasuk demam, panas dingin,
kelelahan atau kehilangan tenaga, sakit kepala, kehilangan nafsu makan dan
kekakuan otot. Jika radang terjadi pada hidung atau dikenal dengan istilah
Rinitis yaitu kondisi yang sangat umum dan memiliki banyak penyebab yang
berbeda, biasanya disebabkan oleh alergi. Inspirasisehat (2010)
Radang
flexor carpal, jika akut dan tidak komplikasi, ditandai oleh kondisi bengkak
yang menyakitkan pada tendon yang telah terinfeksi. Berat badan/tubuh tidak
dibebankan pada kaki yang terinfeksi dan sendi carpal yang tertekuk. Campuran
lameness muncul. Tidak ada kesulitan yang dihadapi sampai pada tahap diagnosis
karena ketika dilakukan diagnosis, bagian yang mengalami radang telah tampak.
Sepenuhnya
telah banyak dikembangkan mengenai kasus kontraksi tendon fleksor carpal. Kasus
tersebut telah diobservasi dimana kondisi ini telah menjadi tetap secara
bertahap dan tidak ada lameness yang diakibatkan oleh tendinitis dan carpitis.
Dalam beberapa kasus, ketika penyakit ini ditangani secara sembarangan atau
ditangani dengan dikerjakan secara cepat melalui cara kerja yang tidak
beraturan atau dengan jalan kasar, mengakibatkan carpitis kronis dengan
hiperplasia dari struktur regio carpal anterior, karena sering memar akibat
jatuh. (Lacroix, 1916)
E. Diagnosa
Banding
F. Treatment
Peradangan akut
diobati dengan cara aplikasi lokal yakni dengann kompres dingin atau panas
sampai tahap rasa sakit dan peradangan akut mereda. Pasien harus dalam keadaan
tenang. Terutama di mana tulang carpus yang terlibat pasien harus tetap diam
sampai semua tanda-tanda peradangan mereda..
Penerapan
vesicants atau line-firing bermanfaat dalam peradangan subakut dari tendon
fleksor karpal. Dimana kontraksi tendon tidak ada dan tidak ada yang bertulang
atau perubahan ligamen mencegah koreksi dari kondisi tersebut, sehingga
tenotomy diperlukan.
Dalam
semua kasus radang carpal fleksor yang serius, apakah tenotomy telah dilakukan
atau tidak, subjek membutuhkan waktu yang lama setelah pengobatan sampai pada
tahap perawatan. Bahkan, tiga atau empat bulan di padang rumput masih perlu
dilakukan untuk memungkinkan pemulihan, dan hal ini jika tidak ada cacat
bawaan, cenderung mempengaruhi. Ketika akan kembali beraktivitas seperti
kembali bekerja harus dilakukan secara bertahap dan jenis pekerjaan yang dapat
dilakukan seperti pekerjaan yang memungkinkan untuk hewan menjadi terbiasa
dengan pelayanan, tanpa menyebabkan timbulnya masalah, jika itu memungkinkan.
Oleh
karena itu, tenotomy, di sini seperti dalam kasus lain, tidak praktis dilakukan
jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, kecuali hewan itu memiliki nilai atau
keuntungan yang cukup sehingga untuk melakukan istirahat yang membutuhkan waktu
lama untuk pemulihan dapat dibenarkan utnuk dilakukan. Tenotomy bukanlah solusi
yang praktis untuk dilakukan, kecuali diperbolehkan jika waktu yang dirasa
cukup untuk regenerasi jaringan tendon (Lacroix,1916).
Untuk meringankan peradangan di
Indonesia ada beberapa treatment yang sering kali digunakan oleh penduduk,
salah satunya dengan pengobatan traditional seperti
·
Buah Lerak
Nama
umumnya adalah lerak. Masyarakat Sunda menyebutnya dengan nama Rerek, penduduk
Jambi menyebutnya Kalikea, masyarakat Minang menyebutnya Kanikia. Di Palembang
tanaman ini dikenal dengan nama Lamuran, di Jawa tanaman ini dikenal dengan
nama Lerak atau Werak dan di Tapanuli Selatan dikenal dengan nama buah sabun.
Sapindus
rarak merupakan tanaman rimba yang tingginya mencapai 42 m dan batangnya 1
m. Tanaman ini tumbuh liar di Jawa pada ketinggian antara 450 dan 1500 m diatas
permukaan laut. Tanaman ini mempunyai buah yang keras, bulat, diameter + 1,5 cm
dan berwarna kuning kecoklatan (Gambar 2). Biji tanaman ini berbentuk bulat,
keras dan hitam.
Dahulu,
masyarakat Jawa memanfaatkan buah lerak sebagai pengganti sabun untuk mencuci
pakaian, rambut, perhiasaan emas, serta obat tradisional untuk mengobati kudis,
scabies dan jerawat.5,6 Sementara khasiat farmakologiknya antara lain
adalah sebagai antijamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik, peluruh
dahak, dan diuretik.6 Buah lerak mengandung senyawa saponin, alkaloid,
polifenol, senyawa antioksidan, golongan flavonoid dan tannin.4 Pada penelitian
Nunik SA disebutkan bahwa senyawa saponin, alkaloid, steroid, dan triterpen
yang dikandung oleh buah lerak secara berurutan adalah 12%, 1%, 0,036%, dan
0,029%.31 Kandungan utama buah lerak adalah saponin yang memiliki sifat seperti
sabun. Hal ini dibuktikan pada penelitian Dyatmiko W, dkk yang mendapatkan
saponin 20% dari buah lerak.6 Saponin buah lerak pada konsentrasi 0,008% dapat
membersihkan dinding saluran akar gigi lebih baik dari NaOCl 5%.
Disamping itu, ekstrak lerak mempunyai efek antibakteri
dan dan antifungal yang telah dibuktikan dengan beberapa penelitian. Ekstrak
lerak 0,01% telah terbukti memiliki efek antibakteri terhadap Streptococus
mutan7 dan antifungal terhadap Candida albicans8 lebih baik dari
NaOCl 5%. Penelitian lain menunjukkan bahwa nilai MBC ekstak lerak terhadap E.faecalis
adalah 25%.9 Nilai MIC larutan ekstrak lerak terhadap Fusobacterium
nucleatum adalah 0,25% dan larutan saponin buah lerak adalah 0,01%.
aesculus
hippocastanum - Ramuan ini membantu varises dan wasir - itu adalah
anti-inflamasi dan astringent, toning dinding vena buncit. Berangan kuda adalah
suatu vasodilator, meningkatkan sirkulasi darah dan mungkin membantu dalam
prevetion masalah jantung. Ini anti-inflamasi juga meringankan arthritis dan
rematik. Akhirnya, kuda cokelat memiliki sifat ekspektoran, melonggarkan lendir
dan menghilangkan masalah pernapasan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Penyakit
inflamasi dan kontraksi fleksor carpal menjadi masalah yang yang serius pada
kuda pacu atau kuda pekerja berat