BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progesif. Penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien AR terjadi
setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala artikular, AR dapat pula
menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau
gangguan organ non artikular lainnya. Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah
pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. Sedangkan menurut
Arif Mansjour ( 2001 ) AR adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. AR
juga diartikan sebagai gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengemukakan rumusan
masalahnya, yakni:
1. Apa
penyebab atau etiologi dari penyakit ini?
2. Apa
saja klinis yang di timbulkan?
3. Apa
akibat yang ditimbulkan dari penyakit ini?
4. Apa
gejala yang ditimbulkan (diagnosa) ?
5. Bagaimana
cara menanggulangi / mencegah penyakit?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui diagnosa awal penyakit.
2. Untuk
menambah wawasan mahasiswa dalam memahami tentang penyakit ini.
3. Untuk
mengetahui diagnosa bandingnya.
4. Untuk
meningkatkan pemahaman tentang bagaimana melakukan tindakan pada kuda yang
menderita penyakit ini.
5. Untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Manajemen kesehatan non ruminansia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah
pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. (Susan Martin
.1998)
Sedangkan menurut Arif Mansjour ( 2001 ) AR adalah suatu penyakit inflamasi
kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. AR juga diartikan sebagai gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone Burke , 2001 )
AR merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progesif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Pada umumnya selain gejala
artikular, AR dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan
umum, cepat lelah atau gangguan organ non artikular lainnya. ( Daud R, 1996 )
Menurut Price ( 1993 ) Artritis Reumatoid ditandai dengan adanya
peradangan dari lapisan selaput sendi (sinovium) yang menyebabkan sakit,
kekakuan, hangat, bengkak dan merah. Peradangan sinovium dapat menyerang dan
merusak tulang dan kartilago. Sel penyebab radang melepaskan enzim yang dapat
mencerna tulang dan kartilago. Sehingga dapat terjadi kehilangan bentuk dan
kelurusan pada sendi, yang menghasilkan rasa sakit dan pengurangan kemampuan
bergerak .
Manifestasi tersering penyakit ini adalah terserangnya sendi yang umumnya
menetap dan progresif. Mula-mula yang terserang adalah sendi kecil tangan dan
kaki. Seringkali keadaan ini mengakibatkan deformitas sendi dan gangguan fungsi
disertai rasa nyeri. Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas,
pembengkakan, kekakuan dan kemerahan pada sendi. Akibat artritis, timbul
inflamasi umum yang dikenal sebagai artritis reumatoid yang merupakan penyakit
autoimun. ( Nasution, 1996 )
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI ARTHRITIS
Arthritis adalah istilah umum yang berarti peradangan pada sendi. Radang sendi
ditandai dengan kemerahan, rasa hangat, bengkak, dan nyeri di dalam sendi.
Rheumatoid arthritis adalah jenis
peradangan sendi kronis yang biasanya terjadi pada sendi di kedua sisi tubuh,
seperti tangan, pergelangan tangan, atau lutut. Kesimetrian ini membantu
membedakan rheumatoid arthritis dari jenis arthritis yang lain.
AR merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progesif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Pada umumnya selain gejala
artikular, AR dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan
umum, cepat lelah atau gangguan organ non artikular lainnya. ( Daud R, 1996 ).
Stadium dari arthritis dapat dibedakan menjadi 4 stadium yaitu:
1. stadium pertama : mengalami pincang dan sulit menaiki tangga atau
melompat ketempat yang lebih tinggi.
2. stadium kedua : mengalami kesakitan pada satu atau beberapa kaki setelah
berjalan jauh dan mengalami kesulitan bangun setelah berada dalam posisi tidur
atau istirahat.
3. stadium ketiga : sangat kesakitan setelah exercise, dan kadang tidak
sanggup untuk bangun setelah posisi istirahat.
4. stadium keempat : tidak dapat bangun tanpa bantuan dan tidak dapat
berjalan atau melakukan aktifitas normal.
B.
PENYEBAB ARTHRITIS
Berikut adalah 5 penyebab umum sakit persendian yang tidak disebabkan oleh
cedera
1. Penyakit rematik (rheumatoid arthritis) Rematik adalah
penyebab paling umum nyeri sendi kronis. Berlawanan dengan pendapat umum,
rematik bukanlah penyakit khas usia tua. Orang muda juga dapat terkena rematik.
Rheumatoid arthritis disebabkan oleh kerusakan sistem autoimun sehingga tubuh menghasilkan zat yang menyebabkan
peradangan, terutama pada sendi. Bagian tubuh favorit yang diserang adalah
sendi jari tangan dan kaki dan tulang belakang. Serangan rematik membuat
peradangan dan pembengkakan selaput sendi dan secara bertahap menghancurkan
kapsul sendi, dan kemudian tendon. Konsekuensi pada akhirnya adalah deformasi
tulang dan pembatasan gerakan.
2. Osteoartritis Osteoartritis adalah penyakit sendi
degeneratif (umumnya menyerang mereka yang berusia di atas 45 tahun). Pada
osteoarthritis, sendi mengalami nyeri namun tidak diawali dengan peradangan.
Rasa nyeri biasanya terasa bila mengangkat beban dan pada awal gerakan dari
posisi istirahat. Penyebabnya karena penuaan dan penggunaan terus-menerus.
Tulang rawan yang menutupi tulang artikular menjadi aus oleh gesekan secara
bertahap. Risiko
terutama pada pinggul, lutut, tangan, kaki, dan tulang belakang.
3. Ankylosing spondylitis Ankylosing spondylitis adalah
salah satu bentuk artritis lainnya. Kondisi ini terutama menyebabkan nyeri dan
peradangan sendi tulang belakang dan panggul, walaupun sendi lainnya dapat
terlibat juga. Gejala dirasakan selama waktu tidur, setelah bangun tidur atau
setelah interval tidak aktif. Pada kasus yang parah, ankylosing spondylitis
dapat menyebabkan fusi tulang belakang sehingga menyebabkan membungkuk, yang
dikenal sebagai kyphosis. Keparahan bervariasi dan tidak semua penderita
mengalami fusi tulang belakang. Beberapa mungkin hanya mengalami sakit punggung
atau pinggul secara sporadis. Seperti halnya rematik, ankylosing spondylitis
adalah penyakit autoimun yang menurun
.
4. Psoriatik Artritis Arthritis ini adalah efek samping
dari psoriasis. Pembengkakan menyakitkan dapat terjadi pada semua sendi,
terutama ruas jari, pergelangan tangan, lutut, tulang selangka, pergelangan
kaki dan punggung bawah. Gejala biasanya disertai masalah kulit. Sekitar 30-40%
orang dengan gejala psoriasis mengembangkan psoriatik artritis, meskipun sering
kali tidak terdiagnosis, terutama jika gejalanya ringan. Psoriatik artritis
biasanya terjadi antara usia 30-50 tahun, namun bisa muncul pada usia berapa
pun dan memengaruhi baik pria maupun wanita.
5. Gout (asam urat) Jika rasa sakit tajam berada di sekitar
ruas dan pergelangan kaki, penyebabnya mungkin adalah gout. Gout adalah hasil
kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Rasa sakit sendi disertai bengkak,
kemerahan, dan hangat. Selain kelima kondisi di atas, penyakit lupus dan
penyakit infeksi seperti demam rematik, gondongan, cacar air, hepatitis, dan
influenza juga dapat menyebabkan nyeri persendian.
C.
GEJALA KLINIS
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat
bervariasi. Menurut Michael ( 1995 ) gejalanya adalah sebagai berikut :
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.
Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan
kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan
ini dapat dilihat pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki
terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di
sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini
dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang
organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis),
mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
D.
PENGOBATAN DAN
PENCEGAHAN
Pengobatan dan pengendalian yang dapat dilakukan
pada penderita penyakit arthritis ini adalah;
1.Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta
terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis
pengobatan ini pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektoni,
artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan
sebagainya.
2.Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan
pasien AR dengan cara:
- Mengurangi rasa nyeri
- Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
- Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
- Mencegah terjadinya deformitas
- Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
- Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
Rehabilitasi dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan
mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan serta dengan menggunakan
modalitas terapi fisis seperti pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang rasa
nyeri dengan arus listrik. Manfaat terapi fisis dalam pengobatan AR telah
ternyata terbukti dan saat ini merupakan salah satu bagian yang tidak
terpisahkan dalam penatalaksanaan AR.
Obat yang dapat di aplikasikan pada penyakit ini
adalah al:
Obat-obatan yang membantu mengurangi gejala arthritis, seperti nyeri
sendi, kekakuan, dan pembengkakan, antara lain:
- Obat anti-inflamasi penghilang rasa sakit, seperti aspirin, ibuprofen, atau naproxen
- Penghilang rasa sakit topikal (dioleskan langsung ke kulit)
- Kortikosteroid, seperti prednison
- Obat penghilang rasa sakit golongan narkotika
Ada juga obat keras yang disebut disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARDs),
yang bekerja dengan menghalangi atau menekan serangan sistem kekebalan tubuh
pada sendi. Obat-obat tersebut antara lain:
- Plaquenil (awalnya digunakan untuk mengobati malaria)
- Obat penekanan kekebalan tubuh, seperti methotrexate, Imuran, dan Cytoxan
- Pengobatan Biologis , seperti Enbrel, Humira, Remicade, Orencia, Rituxan, dan Xeljanz
- Obat-obat lain, seperti Azulfidine dan Arava
- Obat
Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus
dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien
dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa
hubungan yang baik ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama.
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien
untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
b. OAINS
diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang
sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
1) Aspirin
Pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian
dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik.
Dosis terapi 20-30 mg/dl.
2) Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan
sebagainya.
3) DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan
tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya baru
terlihat setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya
dalam menekan proses reumatoid akan berkurang. Keputusan penggunaannya
bergantung pada pertimbangan risiko manfaat oleh dokter. Umumnya segera
diberikan setelah diagnosis artritis reumatoid ditegakkan, atau bila respon
OAINS tidak baik, meski masih dalam status tersangka. Jenis-jenis yang
digunakan adalah:
a) Klorokuin, paling banyak digunakan karena harganya
terjangkau, namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain.
Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek
samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan ketajaman penglihatan,
dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik.
b) Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric
digunakan dalam dosis 1 x 500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg per minggu, sampai
mencapai dosis 4 x 500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan
hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang sampai tercapai remisi
sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini
dihentikan dan diganti dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek sampingnya
nausea, muntah, dan dyspepsia.
c) D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat
lambat. Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan
setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300
mg/hari. Efek samping antara lain ruam kulit urtikaria atau mobiliformis,
stomatitis, dan pemfigus.
d) Garam emas adalah gold standard bagi
DMARD. Khasiatnya tidak diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro
sodium tiomalat (AST) diberikan intramuskular, dimulai dengan dosis percobaan
pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul dosis kedua sebesar 20 mg.
Seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/minggu selama 20 minggu. Dapat
dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan.
Jika diperlukan, dapat diberikan dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan
remisi tercapai. Efek samping berupa pruritis, stomatitis, proteinuria,
trombositopenia, dan aplasia sumsum tulang. Jenis yang lain adalah auranofin
yang diberikan dalam dosis 2 x 3 mg. Efek samping lebih jarang dijumpai, pada
awal sering ditemukan diare yang dapat diatasi dengan penurunan dosis.
e) Obat imunosupresif atau imunoregulator.
Metotreksat sangat mudah digunakan dan waktu mula kerjanya relatif pendek
dibandingkan dengan yang lain. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam
4 bulan tidak menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis
jarang melebihi 20 mg/minggu. Efek samping jarang ditemukan. Penggunaan
siklosporin untuk artritis reumatoid masih dalam penelitian.
f) Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan
artritis reumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti
vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat. Dalam
dosis rendah (seperti prednison 5-7,5 mg satu kali sehari) sangat bermanfaat
sebagai bridging therapy dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai
bekerja, yang kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan suntikan
kortikosteroid intraartikular jika terdapat peradangan yang berat. Sebelumnya,
infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang
proses patologi utamanya terjadi di cairan sinovial. Lebih banyak menyerang
wanita dibandingkan pria. Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan
keluhan artritis yang nyata dan tanda-tanda keradangan sistemik. Baisanya
gejala timbul perlahan-lahan seperti lelah, demam, hilangnya nafsu makan,
turunnya berat badan, nyeri, dan kaku sendi. Penegakan diagnosis dengan
criteria ACR
Meskipun penderita artritis reumatoid jarang yang sampai menimbulkan
kematian, namun apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan gejala
deformitas / cacat yang menetap. Selain itu karena penyakit ini bersifat kronis
dan sering kambuh, maka penderita akan mengalami penurunan produktivitas
pekerjaan karena gejala dan keluhan yang timbul menyebabkan gangguan aktivitas
fisik, psikologis, dan kualitas hidup menderita. Meskipun prognose untuk
kehidupan penderita tidak membahayakan, akan tetapi kesembuhan penyakit sukar
tercapai.
. Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau
sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari
program terapi adalah meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan
fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformitas.
saran
Seorang dokter hewan harus lebih banyak mengetahui tentang penyebab,
gejala, pencegahan maupun pengobatan untuk penyakit arthritis yang dapat
menyerang ternak anjing ini agar dapat mengurangi terjangkitnya penyakit
arthritis ini pada ternak babi di berbagai daerah lain yang belum terdeteksi
terserang penyakit ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Com (http://www.anjingkita.com) bebas dimanfaatkan
oleh individual untuk keperluan referensi dan non-komersial.
http://www.arthritis.org/
terimakasih banyak, sangat membantu sekali dan mudah dipahami...
BalasHapushttp://obattraditional.com/obat-tradisional-radang-sendi/