Selasa, 14 Oktober 2014

Laporan Mikrobiologi



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PENDAHULUAN

PENGENALAN ALAT dan STERILISASI
A.       LATAR BELAKANG
Pada saat sekarang ini ,dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan, maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu seseorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai pada mikrooorganisme yang tak dapat di lihat dengan mata telanjang/berukuran kecil. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mikroorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi. Para peniliti mulai mencari tahu akan apa yang terkandung pada mikroorganisme tersebut.Dalam bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara- cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya, tentu diperlukan pula pengenalan akan alat-alat laboratorium mikrobiologi serta teknik / cara penggunaan alat - alat yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam melaksanakan suatu penelitian.
Sterilisasi merupakan suatu proses pemusnahan kehidupan khususnya mikrobia dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium. Sesuai tujuan percobaan dalam percobaan ini diharapkan praktikan dapat membuat dan mensterilkan media dan alat yang akan digunakan. Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Apabila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi kering (Achmad, 2007).
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi juga harus dalam keadaan steril atau bebas dari kuman serta bakteri, virus dan jamur. Dan untuk mensterilkannya diperlukan pula pengetahuan tentang cara- cara / teknik sterilisasi. Hal ini dilakukan karena alat- alat yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi memiliki teknik sterilisasi yang berbeda.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetatif maupun spora. Oleh karena itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenal teknik sterilisasi, pembuatan media serta teknik penanaman, hal ini semua merupakan dasar-dasar kerja dalam laboratorium mikrobiologi (Volk & Wheeler, 1993).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mengetahui teknik pengenalan, penyiapan dan penggunaan serta fungsi dan prinsip kerja setiap alat laboratorium mikrobiologi, Selain itu pula untuk mengetahui teknik sterilisasi dari alat-alat tersebut.

B.       TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
a.       Untuk mengetahui dan mengenal alat- alat yang digunakan dalam laboratoium mikrobiologi.
b.      Untuk mengetahui teknik penyiapan serta penggunaan alat- alat tersebut dengan baik.
c.       Untuk mengetahui fungsi dan prinsip kerja alat- alat laboratorium mikrobiologi.
d.      Untuk mengetahui teknik/cara sterilisasi alat- alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.



TINJAUAN PUSTAKA
Peralatan Laboratorium Mikrobiologi
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter seperti thermometer,hygrometer dan spektrofotometer, dan lain – lainya. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan “graph” seperti thermograph, barograph ( Moningka, 2008).
Dari uraian tersebut,tersirat bahwa nama pada setiap alat menggambarkan mengenai kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan (Moningka,2008).
Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi yang memberikan perbesaran yang membuat kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop yang tersedia menungkinkan jangkauan perbesaran yang luas dari beberapa kali hingga ribuan kali (Lay,1994).
Adapun alat-alat yang dipergunakan pada laboratorium mikrobiologi antara lain (Blacksweetranger,2008):
1.      Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm. berikut merupakan uraian tentang cara penggunaan bagian-bagiandan spesifikasi mikroskop cahaya merk Olympus CH20 yang dimiliki Laboratorium Mikrobiologi.
2.      Autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.
3.      Inkubator (Incubator)
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.
4.      Hot plate stirrer dan Stirrer bar
Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.
5.      Colony counter
Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawankarena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.
6.      Biological Safety Cabinet
Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum digunakan.

7.      Mikropipet (Micropippete) dan Tip
Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip.
8.      Cawan Petri (Petri Dish)
Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.
9.      Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)
Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar). Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alasan efisiensi, media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.
10.   Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)
Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.
11.   Gelas ukur (Graduated Cylinder)
Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan.
12.   Tabung Durham
Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat metabolisme pada bakteri yang diujikan. Penempatannya terbalik dalam tabung reaksi dan harus terendam sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa udara).
13.   Jarum Inokulum
Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle atau Transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).
Sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi (Indra, 2008) :
a.       Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
b.      Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
·         Pemanasan:
v  Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
v  Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
·         Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
·         Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf.
·         Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.
c.       Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.



MATERI DAN METODE
Praktikum Mikrobiologi tentang Pengenalan Peralatan Laboratorium Dan Sterilisasi Alat dilaksanakan pada hari Rabu, 23 dan 30 November 2011 pukul 14.00 -16.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
A.      Alat Praktikum
Alat  yang dipergunakan pada praktikum ini adalah keseluruhan alat yang ada di laboratorium mikrobiologi . Alat- alat tersebut adalah alat non gelas ; sendok tanduk, spoit, labu semprot, hand spray. Alat gelas; Cawan petri, batang pengaduk,pipet gondok, gelas ukur, pipet volume, tabung durham,dan erlenmeyer. Alat instrumen; oven, inkubator, Laminarty air flow, Sentrifuges, penangas, Shaker, Neraca analitik, Neraca ohaus, Autoklaf, Spektrofotometer. Alat lain; Ose lurus, Ose bulat, dan Enkas.
B.       Bahan Praktikum
Pada percobaan ini tidak ada bahan yang digunakan.
C.       Cara Kerja
Adapun cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.      Menyiapkan alat- alat glass, alat non glass, alat instrumen, dan alat- alat lain yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi di atas meja praktikum.
2.      Memotret alat - alat tersebut kemudian menempelkan pada buku laporan atau menggambar peralatan tersebut langsung pada buku laporan.
3.      Memberikan keterangan dari bagian alat- alat tersebut. Kemudian mencatat fungsi dan prinsip kerja dari alat- alat tersebut.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  HASIL
Adapun hasil pengamatan peralatan yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi fakultas peternakan adalah seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini:

No
Nama Alat
Gambar
Fungsi Alat
1
Senyrifius palkon
Merek : MPWP 250
Kecepatan: 4000 rpm

SAM_2963
Untuk pemisah larutan dalam palkon
2
Sentrifius tabung reksi
Merek: Clinaspin
Kecepatan 3500 rpm: 

SAM_2964
Untuk memisahkan larutan dalam tabung reaksi
No
Nama Alat
Gambar
Fungsi Alat
3
Sentrifius apendok
Merek:
SAM_2968
Untuk  pemisah larutan mengunakan Apendok
4
Mikrowep
Merek: santo
SAM_2966
Pemanas dalam pembuatan gely
5
Waterbath
Merek: memmer
Suhu max: 150°c
SAM_2967
Sebagai alat penganas sampel
6
Inkibator manual
Merek: QL

SAM_2969
Alat inkubasi bakteri atau penumbuhan bakteri
7
Timbangan analitik
SAM_2965
Untuk menimbang bahan/ sampel
No
Nama Alat
Gambar
Fungsi Alat
8
Inkubator otomatis
Merek: Gallenkamp
SAM_2970
Untuk inkubasi bakteri dengan pengataturan suhu otomatis
9
Koloni Conter

SAM_2971
Untuk menghitung koloni atau populasi bakteri
10
Elektro poresis protein
Merek: Bioret
SAM_2972
Untuk memisahkan laruta protein berdasarkan alira listrik
No
 Alat
Gambar
Fungsi Alat
11
Hotlistrin
Merek: Corning
SAM_2974
Sebagai alat pemanas dan pengaduk sampel
14
Portek
Merek: Maximix
SAM_2977
Sebagai Alat Untuk Menghomogenkan Larutan
No
Nama Alat
Gambar
Fungsi Alat
15
Lamina airflo
Merek: Esco
SAM_2978
Sebagai tempat / ruangan steril untuk penanaman bakteri
16
Autoclate
Merek: Raifa

SAM_2979
Untuk mensterilkan peralatan lab. Dengan pengaturan waktu otomatis
17
Autoclate

SAM_2980
Untuk mensterilkan peraltan dengan pengaturan waktu manual
18
Waterbath secer
Merek: julabo
SAM_2981
Alat pencampur larutan/ sampel secara rotasi
19
Stomacer
Merek: seward
SAM_2982
Alat penghancur sampel
No
Nama Alat
Gambar
Fungsi Alat
20
Rak etalase
SAM_2993
Untuk menyipan peralatan glass
No
Nama Alat
Gambar
Fungsi Alat
21
Termacicle
Merek: Apendok
SAM_2989
Untuk mengaplikasi DNA
22
Cawan porselin
SAM_2997
Untuk menumbuk bahan berbentuk padat
23
Mikroskop cahaya
clip_image002
Untuk mengamati preparat berukuran satuan milimikron
No
Nama Alat
Gambar
Fungsi Alat
24
Beacer glass
clip_image062
Untuk menampung larutan
25
Termometer
clip_image040
Untuk mengukur suhu tubuh melalui rektum
31
Tabung reaksi
clip_image044
Wadah dalam mereaksikan bahan
32
Pipet tetes
clip_image042
Untuk meneteskan larutan
No
Nama Alat
Gambar
Fungsi Alat
33
Tabung elemeyer
clip_image050
Wadah dalam pemanasan larutan
34
Gelas ukur
clip_image054
Untuk mengukur larutan
38
Pinset
clip_image068
Untuk menjempit preparat



B.     PEMBAHASAN
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui berbagai fungsi atau prinsip kerja setiap alat yang ada di laboratorium mikrobiologi. Alat-alat ini terdiri dari alat non gelas berupa; sendok tanduk, spoit, labu semprot, hand spray. Alat gelas berupa; Cawan petri, batang pengaduk,pipet gondok, gelas ukur, pipet volume, tabung durham,dan erlenmeyer. Alat instrumen berupa; oven, inkubator, Laminarty air flow, Sentrifuges, penangas, Shaker, Neraca analitik, Neraca ohaus, Autoklaf, Spektrofotometer. Alat lain berupa; Ose lurus, Ose bulat, dan Enkas.
Alat- alat laboratorium mikrobiologi ini memiliki teknik sterilisasi yang tidak semuanya sama antara lain :
a.    Alat gelas :
Alat- alat gelas ini disterilkan dengan menggunakan oven, atau disebut juga hot air sterilization. Alat- alat gelas disterilkan oleh udara panas di dalam oven. Alat- alat yang disterilkan dengan menggunakan oven adalah alat yang tahan terhadap panas.
b.    Alat non gelas:
Alat- alat non gelas ini disterilkan dengan menggunakan autoklaf yaitu dengan menggunakan uap air panas bertekanan tinggi. Alat- alat yang disterilkan dngan otoklaf adalah alat yang tidak tahan terhadap panas/ mudah meleleh.
dengan menaruh benda pada nyala api bunsen sampai merah membara.
-Enkas : Alat ini disterilkan dengan cara menyemprotkan alkohol pada dinding dan dasr enkas dengan handspray dan didiamkan sekitar 30 menit kemudian menyalakan bunsen selama pengerjaan.
                  Adapun fungsi dari peralatan yang ditujukan diatasa adalah sebagai berikut:
1.      Sendok tanduk Untuk mengambil bahan- bahan medium yang berbentuk padat
2.      Spoit Untuk memindahkan cairan dengan volume sedikit
3.      Labu semprot Sebagai tempat/ wadah aquadest dalam pembersihan alat laboratorium
4.      untuk mempermudah prosesnya
5.      Handspray Sebagai tempat/ wadah alkohol dalam penyemprotan alat yang akan disterilkan
6.      Cawan petri Sebagai wadah/media untuk pertumbuhan suatu mikroorganismen
7.      Batang pengaduk Untuk mengaduk zat atau medium di dalam Erlenmeyer
8.      Gelas ukur Untuk mengukur volume suatu cairan
9.      Pipet gondok Untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu
10.  Pipet volume Untuk mengambil larutan dengan volume tertentu
11.  Tabung durham Sebagai indikator fermentasi
12.  Elenmeyer Untuk menampung larutan kimia atau larutan yang dijadikan stock medium
13.  Oven Untuk mensterilkan alat- alat gelas yang tahan terhadap panas. Digunakan pada sterilisasi udara kering dengan membebaskan alat- alat dari segala macam kehidupan (mikroba) tanpa kelembaban.
14.  Inkubator Untuk menginkubasi atau mengembangbiakkan, pertumbuhan bakteri. Pada bagian luar dari alat ni dilengkapi dengan penunjuk suhu, dimana suhu yang digunakan adalah suhu kamar. Bagian dalamnya terdapat rak yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan mikroorganisme yang akan diinkubasi.
15.  Laminary air flow Untuk pengerjaan sacara aseptis karena mempunyai pola pengaturan dan penyaringan aliran udara sehingga aseptis dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan.
16.  Neraca ohaus Untuk menimbang bahan- bhan secara manual
17.  Autoklaf Untuk sterilisasi basah dengan penun juk tekanan dan katub pengaman pada dasarnya berfungsi untuk membuang uap panas dari alat yang disterilkan yang dihasilkan dari bahan cair yang merupakan pendukungnya.
18.  Shaker Untuk mengigantasi/menghomogenkan medium dan mikroba dengan tujuan memberikan oksigen yang cukup untuk pertumbuhan mikroba dan agar pertumbuhan mikroba merata.
19.  Neraca analitik Untuk menimbang bahan- bahan secara analitik
20.  Sentrifuges Untuk menyaring atau memisahkan padatan (mikroorganisme) dan larutan. Alat ini dilengkapi dengan pengatur kecepatan untuk mempercepat proses pemisahan.
21.  Penangas Dipakai untuk memanaskan atau mengukus suatu zat padat menjadi larutan atau untuk mendidihkan larutan. Alat ini memiliki pengontrol yang sangat tinggi.
22.  Spektrofotometer Untuk mengukur jumlah pertumbuhan bakteri
23.   Ose lurus Untuk menusuk media dalam pertumbuhan bakteri pada media tegak
24.  Ose bulat Untuk menggores mwdia dalam pertumbuhan bakteri pada media miring.
25.  Enkas Untuk pengerjaan medium misalnya pada isolasi/ penanaman bakteri dalam kondisi ruang yang aseptis agar tidak terkontaminasi dengan udara.


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1.      alat non gelas terdiri dari ; sendok tanduk, spoit, labu semprot, hand spray.
2.      Alat gelas terdiri dari ; Cawan petri, batang pengaduk,pipet gondok, gelas ukur, pipet volume, tabung durham,dan erlenmeyer.
3.      Alat instrumen terdiri dari ; oven, inkubator, Laminarty air flow, Sentrifuges, penangas, Shaker, Neraca analitik, Neraca ohaus, Autoklaf, Spektrofotometer.
4.      Alat lain terdiri dari ; Ose lurus, Ose bulat, dan Enkas.
5.      Teknik sterilisasi alat gelas dengan menggunakan oven,sedangkan alat non gelas dengan menggunakan autoklaf dan alat lain ; ose dengan cara dipijarkan dan enkas dengan cara menyemprotkan alkohol kemudian menyalakan bunsen saat pengerjaan.

B.     Saran
Sebaiknya fungsi dan bagian- bagian dari alat- alat dari laboratorium mikrobiologi dapat dijelaskan secara terperinci oleh asisten pendamping agar praktikan dapat paham betul akan penggunaan dan cara kerja alat ataupun teknik sterilisasi alat.



DAFTAR PUSTAKA

2.      Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Indra., 2008, http//ekmon-saurus/bab-3-Sterilisasi/.htm . diakses pada tanggal 08 maret 2009, Makassar.
3.      Hadioetomo, R. S. 1993. Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi. Gramedia: Jakarta.
4.      Rachdie. 2006. Mengenal Media Pertumbuhan Mikrobia.
5.      Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta: Jakarta.
6.      Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi kelima. Erlangga: Jakarta.
7.      Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang.









ISOLASI dan PEMBIAKAN MIKROBA dan JAMUR

A.    Latar Belakang
Populasi mikroorganisme di alam sekitar kita sangat besar dan sangat komplek.  Berbagai macam spesies  mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan dan kulit. Sebagai contoh, sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme, satu tinja dapat  mengandung jutaan bakteri. Produk pangan jarang sekali steril dan pada umumnya tercemar oleh berbagai jenis mikroorganisme.  Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik untuk memisahkan suatu mikroba salah satu caranya ialah dengan menlakukan isolasi.
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakkan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengisolasi mikrooraganisme antara cara goresan (streak plate), cara taburan/tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran           ( dilution plate) serta micromanipulator (Pleczar, 1986).
Kultur murni atau biakkan murni sangat berguna didalam mikrobiologi yaitu untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme (Hadioetomo, 1993). Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba yaitu antara lain : sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi; tempat hidup atau asal mikroba tersebut; medium pertumbuhan yang sesuai; cara menginokulasi mikroba; cara menginkubasi mikroba; cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dan sesuai dengan yang dimaksud ; cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.
Untuk mempelajari sifat – sifat dari masing – masing mikroba tersebut harus dipisahkan satu dengan yang lainya sehingga terbentuk kultur murni. Salah satu cara yang paling sering dilakukan adalah dengan isolasi dan pembiakan bakteri.

B.     TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan dari mikroba dan jamur yang disolasi pada medium pertumbuhan yang digunakan.

TINJAUAN PUSTAKA

Metode Isolasi
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakkan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengisolasi mikrooraganisme antara cara goresan (streak plate), cara taburan/tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran ( dilution plate) serta micromanipulator (Pleczar, 1986).
Ada beberapa metode dalam mengisolasi bakteri, fungi, dan khamir (mikroorganisme) yaitu dengan menggunakan metode gores, metode tuang, metode sebar, metode pengenceran serta micromanipulator. Dua diantaranya  yang paling sering digunakan adalah teknik cawan dan cawan gores. Kedua metode ini berdasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan mikroorganisme sedemikian rupa sehingga tiap individu spesies dapat dipisahkan  dengan lainnya (Hadioetomo, 1993).
Pada pengisolasian bakteri dari tanah/benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut atau zat cair, dilakukan serangkaian pengenceran terhadap zat tersebut. Misalnya suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran yang  diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu tabung ke tabung lain (Dwidjoseputro, 1994).
Pengenceran ( Dilution plate)
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Pengenceran ini kemudian diambil sekitar 1 ml untuk diencerkan kembali. Pengenceran kedua diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika pengenceran yang ketiga diambil 0,1 ml untuk sisebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan akan didapatkan beberapa koloni tumbuh dalam medium tersebut, atau hanya memperoleh suatu koloni saja. Jika belum yakin dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel (Dwidjoseputro, 1989).


Metode Tuang (pour plate)
Metode penuangan dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel ini kemudian disebarkan di dalam suatu medium dari kaldu atau gelatin encer. Setelah mengental, maka akan nampak koloni-koloni yang dianggap murni. Metode ini ditemukan Robert Koch. Disamping itu ada seorang lagi yang berjasa yaitu Petri, yang menemukan cawan petri dibantu dengan Hasse yang menemukan agar-agar untuk menggatikan gelatin. Agar lebih baik dari pada gelatin karena agar tidak lekas mencair dan memiliki titik cair 95oC (Dwidjoseputro, 1989).
Medium Isolasi
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Indra, 2008). Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya (Volk, dan Wheeler,1993).
Medium APDA memiliki pH berkisar antara 3,5-4,0 sehingga bersifat asam. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckle (1985) bahwa penurunan pH disebabkan oleh penambahan larutan asam tartarat 10%. Pembuatan medium APDA dalam percobaan ini menggunakan 150 ml PDA dan 1,5 ml larutan asam tartarat 10%. Kandungan larutan asam tartarat 10% dalam PDA adalah sebesar 1%. Hal itu sesuai denagn pendapat Fardiaz (1989), yaitu setiap 1000 ml PDA membutuhkan 10 ml larutan asam tartarat 10% sehingga kadar larutan asam tartarat 10% pada medium PDA adalah 1%. Medium Potato dextrose agar (PDA) termasuk medium semi alamiah karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose dan agar). PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur.
Fungsi bahan yang digunakan pada medium PDA : Kentang : sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi. Dextrose : sebagai sumber gula dan energi, Agar : Untuk memadatkan medium PDA, Aquadest : Untuk melarutkan agar, dextrose, dan kentang.
Nutrient agar (NA) termasuk medium semi alamiah karena tersusun atas bahan alami (daging) dan bahan sintesis (pepton dan agar). PDA digunakan untuk menumbuhkan semua mikroba. Fungsi bahan yang digunakan pada medium NA : Daging : sebagai sumber vitamin B, mengandung nitrogen organik dan senyawa karbon, Pepton : sebagai sumber utama nitrogen organic dan sumber nutrisi Agar : Untuk memadatkan medium NA, Aquadest : Untuk melarutkan agar, pepton, dan daging.

Morfologi Jamur
Jamur adalah mikroorganisme kecil, eukariota, biasanya membenang, dan berspora, tidak mempunyai klorofil tapi memiliki dinding sel yang berisi khitin, selulosa, atau keduanya. Tubuh jamur disebut miselium, dan tiap-tiap cabang atau filamen dari miselium disebut hifa. Pertumbuhan miselium terjadi di ujung hifa (Cappucino dan Natalie, 1983). Jamur secara khas berkembang sebagai pertumbuhan bercabang, seperti rambut, dan sebagian besar membentuk spora seksual dan aseksual (Fardiaz, 1989).
 Morfologi bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas, unisellular dan tidak mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasma. Sel-sel individu bakteri dapat berbentuk seperti elips, bola, batang atau spiral. Bakteri yang khas seperti coccus atau spiral berdiameter sekitar 0,5-1,0 μm dan panjangnya 1,5-2,5 μm. Reproduksi terutama dengan pembelahan biner sederhana yaitu suatu proses aseksual. Beberapa bakteri dapat tumbuh pada suhu 00 C, ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air panas yang suhunya 900 C atau lebih sehingga dapat disebut kondisi ekstrim. Bakteri menimbulkan berbagai perubahan kimiawi pada substansi yang ditumbuhinya dan mampu menghancurkan banyak zat. Beberapa macam menimbulkan penyakit pada binatang, tumbuhan dan protista lainnya. Organisme ini sangat luas penyebarannya dalam dan pada permukaan bumi di atmosfer dan lingkungan kita sehari-hari (Pelczar, 1986). Umumnya ukuran tubuh bakteri sangat kecil dan baru dapat dilihat jelas dengan menggunakan mikroskop perbesaran 1000x atau 34lebih. Satuan ukuran bakteri adalah mikrometer atau μm. Lebar tubuh 1-2 μm, panjang 2-5 μm. Bakteri coccus ada yang berdiameter 0,5 μm atau sampai 2,5 μm. Sedang bakteri berbentuk basil ada yang lebarnya 0,2-2,0. Oleh karena itu, pengukuran besar kecilnya bakteri perlu didasarkan pada standar yang sama. Pada umumnya bakteri yang berumur 2 hingga 6 jam lebih besar daripada bakteri yang umurnya lebih dari 24 jam. Bakteri dapat dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu bacillus bakteri berbentuk batang\ silindris. Coccus bakteri yang berbentuk bulat seperti bola-bola kecil, ada yang bergerombol membentuk koloni, dan spirillum bakteri yang berbentuk bengkok seperti spiral ( Waluyo, 2007 ).
Escherichia coli
Escherichia colli adalah suatu bakteri gram negatif berbentuk batang, bersifat anaerobic fakultatif, dan mempunyai flagella periritrikat. Escherichia colli dibedakan atas sifat serologinya berdasarkan antigen O (somatik), K (kapsul), dan H (flagella) (Fardiaz,1989). Bentuk batang pendek dan habitat utamanya adalah usus manusia dan hewan. Escherichia coli dipakai sebagai organisme indikator karena Escherichia coli terdapat dalam jumlah yang banyak menunjukkan bahwa pangan atau air telah mengalami pencemaran (Gaman dan Sherrington, 1992).
Staphylococcus sp
Bentuk coccus berukuran besar, terdapat pada rongga hidung manusia maupun pada beberapa jenis hewan tertentu dan juga pada kulit. Juga merupakan penyebab yang umum pada keracunan pangan (Gaman dan Sherrington, 1992). Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola dengan diameter 1 mikrometer yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur. Kokus tunggal, berpasangan tetrad dan berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair. Staphylococcus bersifat nonmotil dan tidak membentuk spora. Dibawah pengaruh obat seperti penisilin, Staphylococcus mengalami lisis. Ia tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobik atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 37 0C namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar. Koloni pada media padat berbentuk bulat, lembut dan mengkilat (Brooks et al., 2001).
 Streptococus Lactis
Bakteri penghasil asam susu banyak terdapat dari famili Lactobacteriaceae, terutama Streptococus lactis. Bakteri ini banyak terdapat dalam susu dengan jumlah besar. Spesies ini berkembang cepat sekali, sedang ia mudah menguraikan laktosa, hanya pada temperatur 37o sampai 50oC aktivitasnya begitu besar (Dwidjoseputro, 1978).


MATERI dan METODE
Praktikum Mikrobiologi tentang isolasi dan pembiakan mikroorgaisme dilaksanakan pada hari Rabu, 23 dan 30 November 2011 pukul 14.30 -15.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Mataram
A.    Materi Praktikum
1.      Bahan Praktikm:
·         Biakan bakteri E.Coli 24 jam
·         Bakteri Rhizokus pada bagian putih dari jamur tempe
·         Medium PDA
·         Medium MRS Agar  dalam cawan petri
·         Medium Agar dalam cawan petri
2.      Alat Praktikum:
·         Petri disk/ cawan petri
·         Jarum inokulum/ ose
·         Incubator
·         Lampu Bunsen
·         Tabung reaksi
·         Korek api
·         Tusuk gigi
B.     Metode Praktikum
a.       Isolasi Bakteri E.Coli pada media NA:
1.      Mencairkan media NA terlebih dahulu
2.      Menuangkan NA cair kedalam cawan petri dan dibiarkan hingga menjadi padat
3.      Mengambil biakan E.Coli dengan ose bulat sebanyak 1 ose dan dipindahkan kedalam cawan petri dengan cara menggoreskan secara langsung dan kaudran
4.      Mensterilkan kembali ose dengan cara memijarkan kembali pada api Bunsen dan cawan petri ditutup dengan baik
5.      Menginkubasi bakteri dalam cawan petri dalam incubator dengan posisi terbalik pada suhu 37 ᶿ C selama 24 jam
6.      Mengamati perkembangan bakteri yang diisolasi setelah waktu inkubasi selesai
b.      Isolasi Jamur Rhizokus pada medium PDA:
1.      Menyiapkan media PDA dalam cawan petri
2.      Mengambil bakteri Rhizokus pada bagian putih tempe sebanyak 1 tusuk gigi
3.      Menanam bakteri ditengah – tengah media dalam cawan petri
4.      Menginkubasi bakteri pada suhu ruangan selama 24 jam
5.      Mengamati jamur yang terbentuk




HASIL dan PEMBAHASAN
A.    Hasil Praktikum
a.       Isolasi Bakteri E.Coli pada medium NA:
·         Bentuk dari atas                : Menyebar tidak teratur
·         Bentuk dari pinggir           : Halus
·         Bentuk penonjolan            : Datar
b.      Isolasi Bakteri Rhizocus pada medium PDA:
·         Morfologi                          : Berbentuk HIPA (seperti benang)  
·         Bentuk permukaan            : Seperti kapas
·         Warna                                : Putih bercampur hitam
B.     Pembahasan
Isolasi suatu mikroba adalah memisahkan mikroba tersebut dari lingkungannya di alam bebas dan menumbuhkannya sebagai kultur murni atau biakan murni dalam medium buatan. Pada saat isolasi mikroba perlu dilakukan inokulasi mikroba. Sebelum dan sesudah menginokulasikan mikroba jarum ose yang digunakan harus dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar jarum ose yang digunakan bersifat steril dan bebas kontaminasi dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sedangkan pada cawan petri, setelah sampel dimasukan kedalam cawan petri setiap membuka dan menutup cawan petri harus terlebih dahulu dipanaskan untuk meminimalkan terkontaminasinya sampel. Wadah media yang menggunakan cawan petri, pada saat inkubasi mikroba pada cawan petri selalu dalam posisi terbalik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah mikroba terkena uap air yang dihasilkan pada saat inkubasi. Sehingga kualitas mikroba tidak rusak atau mengalami gangguan.
Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Sedangkan sifat-sifat koloni pada agar-agar miring berisikan pada bentuk dan tepi koloni. Jamur merupakan salah satu anggota dari fungi. Kadang pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena tampak berserabut seperti kapas. Mula-mula berwarna putih à jika sudah ada spora à terbentuk warna (tergantung jenis jamurnya).
KESIMPULAN dan SARAN
A.   Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1.      Komposisi media bahan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bakteri demi mengoptimalkan pertumbuhannya, yang mana tiap-tiap komposisi harus setimbang jumlahnya.
2.      Teknik penanaman dapat dilakukan dengan cara gores dan titik.
3.      Media NA untuk bakteri, PDA untuk jamur dan MEA untuk khamir.
4.      Pada kultivasi mikroba, harus dilakukan sterilisasi terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi

B.   Saran
Banyak penanaman mikrobia yang gagal, ini disebabkan mungkin karena terkontaminasi dengan mikrobia lain, ini ditandai dengan tidak tumbuhnya mikrobia yang diinginkan. Maka, saat praktikum pemupukan ini keadaan di sekitar sangat berpengaruh dengan sangat dominannya pengaruhnya maka kita harus menjaga kesterilitas agar penanaman mikrobia dapat tumbuh dengan baik.


ANALISA KUANTITATIF MIKROBA
A.   Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan makhluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop. Makhluk kecil tersebut adalah mikroorganisme, protista, mikrobia. Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus (virologi), pengetahuan tentang bakteri (bakteriologi), pengetahuan tentang hewan bersel satu (protozoologi), pengetahuan tentang jamur (mikologi), terutama yang meliputi jamur-jamur rendah seperti Phycomycetes, dan juga Ascomycetes, serta Deuteromycetes. Mikroorganisme memegang peranan penting dalam menganalisa sistem enzim dan dalam menganalisa komposisi suatu bahan makanan.
Analisa Mikroba merupakan analisa baik bahan baku (air) maupun bahan kemas terhadap mikroorganisme patogen yang bersifat racun dan apabila dibiarkan berada dalam produk dapat memberi pengaruh buruk untuk kesehatan tubuh.Analisa mikrobiologi meliputi: Analisa TPC ( Total Plate Count ), Analisa Coliform ( E.Coli ), Analisa Pseudomonas aeroginosa ( PA ), Analisa Salmonella, Analisa Yeast dan Mold ( YM ). Analisa mikroba dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu bahan pangan. Hasil analisa ini sangat penting dalam standarisasi suatu bahan pangan, untuk mengetahui hasil tersebut diperlukan praktikum tentang analisa kuantitatif mikroba.

B.   Tujuan Praktikum
Agar mahasiswa dapat menentukan jumlah mikroba dalam sampel dengan metode SPC (Standar Plate Count). 


TINJAUAN PUSTAKA
Analisa mikrobiologi merupakan analisa baik bahan baku (air) maupun bahan kemas terhadap mikroorganisme patogen yang bersifat racun dan apabila dibiarkan berada dalam produk dapat memberi pengaruh buruk untuk kesehatan tubuh.Analisa mikrobiologi meliputi:
a.       Analisa TPC ( Total Plate Count )
Analisa ini merupakan analisa kuantitatif , yaitu menghitung jumlah koloni yang tumbuh. Media yang digunakan adalah Nutrient Agar Broth (NAB). Sample yamg diujikan antara lain wadah kosong, air pembilas, kualitas udara, dan produk jadi.
Pada air baku ( BT ), botol kosong, botol kosomg gallon, cup kosong, air pembilas, riser botol, rinser gallon, recycle water, dan produk jadi. Metode yang digunakan adalah metode tuang langsung. Sedangkan pada cap gallon, cap screw, dan lid menggunakan metode swab test. Pada analisa kualitas udara tidak menggunakan metode tuang maupun metode swab test, melainkan metode dengan meletakkan media yang sudah terdapat pada petridish dan diletakkan pada ruang filling dengan petridish terbuka.
Untuk sample yang berupa produk jadi botol dan gallon harus didiamkan selama 2 hari sebelum dilakukan analisa, dengan tujuan menghilangkan ozon. Apabila masih terdapat ozon, maka mikroba tidak dapat tumbuh. Untuk sample Air Baku ( BT ) dan produk jadi dilakukan analisa TPC harian. Begitu juga pada wadah kosong, air pembilas, dan kualitas udara. Adapun yang analisa TPC mingguan ( produk setelah 5 hari ) yang dilakukan hanya pada produk jadi, sebab puncaknya mikroba akan tumbuh pesat pada waktu setelah 5 hari. Masa inkubasi untuk analisa ini adalah 24 jam.
b.      Analisa Coliform ( E.Coli )
Analisa Coliform merupakan analisa kuantitatif yaitu dengan indikasi jika hasil analisa positif maka ditandai dengan bintik merah hati pada media dan bernilai negatif bila tidak terdapat bintik merah hati. Media yang digunakan adalah Violet Red Blue ( VRB ), dengan metode yang digunakan adalah metode filtrasi dengan sample yang diujikan adalah Air Baku, produk jadi dan air pembilas. Analisa ini dilakukan setiap hari sedangkan pada kualitas ruangan dilakukan anlisa E.Coli 1 minggu sekali tanpa metode filtrasi melainkan media dengan keadaan terbuka. Tujuan analisa E.Coli adalah untuk mengetahui ada tidaknya E.Coli pada air. Dimana bakteri E.Coli penyebab penyakit diare. Masa inkubasi adalah 24 jam.
c.       Analisa Pseudomonas aeroginosa ( PA )
Analisa merupakan analisa kuantitatif, jika positif maka ditandai dengan koloni berwarna hijau-kebiruan pada membran, bernilai negatif jika ditandai warna pada membran. Media yang digunakan adalah Cetrimite Agar Base ( CAB ). Metode yang digunakan adalah metode filtrasi dengan sample yang diujikan adalah produk jadi botol, gallon, cup. Analisa ini dilakukan seminggu sekali. Masa inkubasi analisa ani adalah 24 jam.
d.       Analisa Salmonella
Analisa Salmonella merupakan analisa kuantitatif , jika hasil analisa positif maka ditandai dengan bintik hitam yang menyerupai mata ikan pada membran. Media yang digunakan adalah Bismuth Sulfit Agar ( BSA ). Metode yang digunakan adalah metode filtrasi dengan titik sample produk jadi tidaknya bakteri Salmonella yang dapat mengganggu saluran pencernaan. Masa inkubasi untuk analisa ini adalah 3x24 jam.
e.       Analisa Yeast dan Mold ( YM )
Analisa YM merupakan analisa kuantitatif dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh. Media yang digunakan adalah Potato Dextro Agar (PDA). Metode yang digunakan adalah metode filtrasi dengan sample yang diujikan adalah produk jadi (botol,cup dan gallon) dan wadah kosong (botol kosong, botol gallon kosong dan cup kosong), sedangkan pada cap gallon, cap srew, dan lid dari ruang filling dilakukan dengan metode swab test. Untuk kualitas udara ruangan dengan membiarkan media diruangan dengan terbuka. Masa inkubasi analisa ini adalah 2×24 jam.

MATERI dan METODE
Praktikum Mikrobiologi tentang isolasi dan pembiakan mikroorgaisme dilaksanakan pada hari Rabu, 23 dan 30 November 2011 pukul 14.00 -16.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
A.    Materi
1.      Bahan Praktikum
·         Sampel daging sapi
·         Sampel daging ayam
·         Medium NA (Nutrien Agar)
·         NaCl Fisiologi
2.      Alat Praktikum:
·         Pipet
·         Lampu bunsen
·         Tabung reaksi
·         Cawan petri / petri dess
·         Timbangan analitik

B.     Metode Praktikum:
1.      Menimbang 1 gram sampel daging menggunakan timbangan analitik
2.      Memasukan sampel daging pada tabung reaksi pertama yang telah di isi NaCl fisiologi sebanyak 9 ml
3.       Mencampur sampel menggunakan pipet sampai benar – benar homogen
4.      Melakukan pengenceran bertingkat mulai dari tabung reaksi pertama sampai tabung reaksi kelima
5.      Mengambil larutan sampel pada tabung reaksi I – 4 sebanyak 1 ml
6.      Memasukan sampel pada masing – masing petridess yang telah diberi kode
7.      Menambahkan medium NA dalam petridess sebanyak ± 10 – 15 ml kemudian diratakan dengan cara digoyang – goyangkan sampai seluru lantai petridess terisi
8.      Menginkubasi sampel pada suhu 37ᶿ C selama 24 – 48 jam
9.      Mengamati perkembangan bakteri setelah waktu inkubasi selesai


HASIL dan PEMBAHASAN
A.    Hasil Praktikum

No
Sampel
Pengenceran
Jumlah coloni
1.
Daging Ayam
10-2
TBUD
10-3
TBUD
10-4
156
10-5
11
2.
Daging Sapi
10-1
TBUD
10-2
TBUD
10-3
TBUD
10-4
221

B.     PEMBAHASAN
a.       Perhitungan  Jumlah Coloni Bakteri:
1.      Daging Ayam:
Jumlah coloni pada  faktor pengenceran keempat adalah  = 156 coloni

Persamaan yang digunakan untuk menghitung jumlah coloni bakteri dalam media cair adalah:


Flowchart: Punched Tape: ∑▒coloni=∑▒coloni   pada sampel x  1/FP+(n(n-1) x^2)/2!+⋯
 




Penyelesaian:   
     =  156   
                 = 15, 6   CFU/ Gram


2.      Daging Sapi:
Jumlah coloni pada  faktor pengenceran keempat adalah  = 221 coloni
Penyelesaian:
      
 =  221   
 = 22, 1   CFU/ Gram
Hasil praktikum menunjukkan bahwa jumlah koloni yang tumbuh pada medium NA semakin sedikit pada pengenceran yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi sampel yang semakin berkurang. Sampel cair menunjukkan 3 pengenceran yang memenuhi ketentuan jumlah koloni 30-300, yaitu 75 koloni pada pengenceran 10-4 , 66 koloni pada pengenceran 10-5 , dan 49 koloni pada pengenceran 10-6 . Maka jumlah coloni didapat dari jumlah tersebut yang dikalikan dengan faktor pengenceran.
Sampel daging ayam  menunjukkan ada dua tingkat pengenceran yang dapat dihitung, yaitu tingkat pengenceran   10-4  yang berjumlah 156 coloni dan tingkat pengenceran 10-5  yang berjumlah 11 coloni . SPC atau jumlah coloni sampel  dihitung dari tingkat pengenceran yang bisa dihitung yaitu pada tingkat pengenceran 10-4 , dengan hasil perhitungan adalah  15,6 x 105 CFU/ Gram.
Sedangkan pada sampel daging sapi menunjukkan ada satu  tingkat pengenceran yang dapat dihitung, yaitu tingkat pengenceran   10-4  yang berjumlah 221 coloni.  SPC  dihitung dari tingkat pengenceran yang bisa dihitung yaitu pada tingkat pengenceran 10-4 , dengan hasil perhitungan adalah 22, 1   CFU/ Gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Fardiaz (1989) yang menyatakan bahwa koloni yang dihitung harus memenuhi ketentuan jumlah 30-300.






KESIMPUILAN dan SARAN
A.   Kesimpulan
1.      Jumlah koloni yang tumbuh pada medium NA semakin sedikit pada pengenceran yang semakin tinggi
2.      Sampel daging ayam  menunjukkan ada dua tingkat pengenceran yang dapat dihitung, yaitu tingkat pengenceran   10-4  yang berjumlah 156 coloni dan tingkat pengenceran 10-5  yang berjumlah 11 coloni dengan hasil perhitungan pada tingkat pengenceran 10-4   adalah  15,6 x 105       
3.      Pada sampel daging sapi menunjukkan ada satu  tingkat pengenceran yang dapat dihitung, yaitu tingkat pengenceran   10-4  yang berjumlah 221 coloni, dengan hasil perhitungan adalah 22, 1   CFU/ Gram
B.     Saran
Banyak penanaman mikrobia yang gagal, ini disebabkan mungkin karena terkontaminasi dengan mikrobia lain, ini ditandai dengan tidak tumbuhnya mikrobia yang diinginkan. Maka, saat praktikum pemupukan ini keadaan di sekitar sangat berpengaruh dengan sangat dominannya pengaruhnya maka kita harus menjaga kesterilitas agar penanaman mikrobia dapat tumbuh dengan baik.




MEDIUM dan CARA PEMBUATAN MEDIUM
A.    Latar Belakang
Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat – zat makanan atau nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.  Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul – molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel.  Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.  Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media.
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi dianatar mikroorganisme diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberjasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai. Sehingga untuk mengetahui semua permasalahan diatas perlu dilakukan praktikum Pengenalan Dan  Pembuatan Media Pertumbuhan Mikroorganisme.
B.     Tujuan: 
Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis medium, fungsinya dan cara pembuatan medium.


TINJAUAN PUSTAKA

Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi dianatar mikroorganisme diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberjasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai ( Michael J. Pelczar, Jr. 2005)
Klasifikasi Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1991).
Nutrient Agar
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.
Nutrient Broth
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan cara sebagai berikut:
1.      Larutkan 5 g pepton dalam 850 ml air distilasi/akuades.
2.      Larutkan 3 g ekstrak daging dalam larutan yang dibuat pada langkah pertama.
3.      Atur pH sampai 7,0.
4.      Beri air distilasi sebanyak 1.000 ml.
5.      Sterilisasi dengan autoklaf.
EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, danSalmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.
Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin dan metilin bklue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100 ml dan 0,1 ml contoh air.
MRSA (Mann Rogosa Sharpe Agar)
MRSA merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung:
1.      Protein dari kasein 10 g/L
2.      Ekstrak daging 8,0 g/L
3.      Ekstrak ragi 4,0 g/L
4.      D (+) glukosa 20 g/L
5.      Magnesium sulfat 0,2 g/L
6.      Agar-agar 14 g/L
7.      dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L
8.      Tween 80 1,0 g/L
9.      Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L
10.  Natrium asetat 5 g/L
11.  Mangan sulfat 0,04 g/L
Potato Dextrose Agar (PDA)
PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit. Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir 5,6+0,2.


MATERI dan METODE
A.   Materi Praktikum
a.       Alat dan Bahan
·         Alat-alat yang digunakan antara lain :
ü  Sumbat tabung (kapas)
ü  Erlenmeyer 100 ml
ü  Timbangan Analitik
ü  Hot Plate
ü  Spatula
ü  Autoklaf
ü  Tabung Durham
·         Bahan-bahan yang digunakan antara lain :
ü  Media Nutrient Agar (NA)
ü  Nutrien Broth (NB)
ü  Eosin Methilen Blue Agar
ü  Salmonela Sigela Agar (SSA)
ü  Potato Dextrose Agar (PDA)

B.     Metode Praktikum
1.      Pengenalan Media
Medium langsung dikenalkan oleh pembimbing praktikum dengan menunjukan langsung contoh media yang sudah jadi.
2.      Pembuatan Media NA
a.       menimbang 20 gram NA untuk setiap 100 ml medium dan dimasukan ke dalam  Erlenmeyer 100 ml.
b.      Menambahkan aquades sebanyak 50 ml kedalam erlenmeyer kemudian dihomogenkan
c.       memanaskan bahan pada hot plate sambil diaduk hingga larutan mendidih. Masukan holinestiler untuk mengaduk larutan
d.      menutup mulut tabung dengan kapas dan alumunium foil.
e.       Mensterilkan bahan dengan autoclave pada suhu 121ᴼ C selama 20 menit
HASIL dan PEMBAHASAN
A.    Pengenalan Media
1.      Media Nutrient Agar (NA)
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Nutrient Agar (NA) merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g, air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah sesuai yang dibutuhkan.
2.      Nutrien Broth (NB)
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair. Intinya sama dengan nutrient agar. Nutrient broth dibuat dengan.
3.      Eosin Methilen Blue Agar
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, danSalmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.


4.      Salmonela Sigela Agar (SSA)

5.      Potato Dextrose Agar (PDA)
PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit. Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH akhir 5,6+0,2.



KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
1.      Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya.
2.      Pada beberapa medium mikroba ada yang bersifat spesifik terhadap mikroorganisme tertentu dan ada juga yang bersifat umum atau dapat digunakan untuk semua mikroorganisme.
B.     Saran
Dalam praktikum pembuatan media hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari kontaminasi bakteri dan mempertahankan kandungan nutrisi dalam media.
                                                 















PENGECATAN GRAM
A.    Latar Belakang
Pengecatan Gram merupakan salah satu teknik pengecatan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme.  Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pengecatan tertentu (pengecatan Gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal.  Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan biaya murah serta, dalam kasus tertentu, dapat membantu dokter untuk memulai terapi suatu penyakit tanpa menunggu hasil kultur.
Metode pengecatan tersebut pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884.  Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut.  Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya.  Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.
Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri terhadap antibiotik).  Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika.Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik. Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonore. Untuk mempelajari semua hal tersebut sehingga perlu dilakukan praktikum pengecatan gram mikroba.

B.       Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami morfologi bakteri dengan cara melakukan pengecetan gram.



TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil,  bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO?. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga mcam metode pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan yang paling umum digunakan untuk mewarnai sel bakteri (Umsl, 2008).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif (zat pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue adalah beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna (Volk & Wheeler, 1993).
Pewarnaan gram ditemukan pada tahun 1884 oleh seorang dokter kebangsaan Denmark Christian Gram (membuat zat pewarna khusus) pewarna tersebut merupakan pewarna differensial karena dapat membagi bakteri menjadi dua kelompok fisiologi, yang akan memudahkan untuk identifikasi. Prosedur pertama dari pewarnaan gram ini adalah memberi pewarna kristal violet, setelah 1 menit dibilas dan kemudian akan diberikan pewarna yodium, setelah satu menit dibilas dan kemudian akan diberi laputan alkohol 95% selama 30 detik, kemudian dibilas dan diberi pewarna safranin atau bismarck (untuk buta warna merah) selama 1 menit. Zat pewarna kristal violet dan yodium akan membentuk senyawa yang kompleks. Beberapa bakteri akan melepaskan zat pewarna dengan mudah apabila dicuci dan beberapa bakteri yang lain zat pewarna akan bertahan walaupun dicuci dengan alkohol 95%. Bakteri gram positif akan terwarna ungu (kristal violet) dan bakteri gram negatif akan terwarna merah (safranin) (Umsl, 2008).
Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah pewarnaan Gram dan ZiehlNelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui morfologi, struktur, dan karakteristik bakteri. Pewarnaan Gram dapat mengidentifikasi penyakit infeksi. Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan pemberian kristal violet, setelah itu ditambahkan larutan iodium maka semua bakteri akan berwarna biru. Setelah itu ditambah alkohol. Bakteri Gram positif membentuk kompleks Kristal iodine yang berwarna yang terbatasi membran di dalam sitoplasma. Sel-sel individu bakteri dapat berbentuk seperti elips, bola, batang atau spiral. Bakteri yang khas seperti coccus atau spiral berdiameter sekitar 0,5-1,0 μm dan panjangnya 1,5-2,5 μm. Reproduksi terutama dengan pembelahan biner sederhana yaitu suatu proses aseksual. Beberapa bakteri dapat tumbuh pada suhu 00 C, ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air panas yang suhunya 900 C atau lebih sehingga dapat disebut kondisi ekstrim. Bakteri menimbulkan berbagai perubahan kimiawi pada substansi yang ditumbuhinya dan mampu menghancurkan banyak zat. Beberapa macam menimbulkan penyakit pada binatang, tumbuhan dan protista lainnya. Organisme ini sangat luas penyebarannya dalam dan pada permukaan bumi di atmosfer dan lingkungan kita sehari-hari (Pelczar, 1986). Umumnya ukuran tubuh bakteri sangat kecil dan baru dapat dilihat jelas dengan menggunakan mikroskop perbesaran 1000x atau 34lebih. Satuan ukuran bakteri adalah mikrometer atau μm. Lebar tubuh 1-2 μm, panjang 2-5 μm. Bakteri coccus ada yang berdiameter 0,5 μm atau sampai 2,5 μm. Sedang bakteri berbentuk basil ada yang lebarnya 0,2-2,0. Oleh karena itu, pengukuran besar kecilnya bakteri perlu didasarkan pada standar yang sama. Pada umumnya bakteri yang berumur 2 hingga 6 jam lebih besar daripada bakteri yang umurnya lebih dari 24 jam. Bakteri dapat dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu bacillus bakteri berbentuk batang\ silindris. Coccus bakteri yang berbentuk bulat seperti bola-bola kecil, ada yang bergerombol membentuk koloni, dan spirillum bakteri yang berbentuk bengkok seperti spiral ( Waluyo, 2007 ).
Escherichia coli
Escherichia colli adalah suatu bakteri gram negatif berbentuk batang, bersifat anaerobic fakultatif, dan mempunyai flagella periritrikat. Escherichia colli dibedakan atas sifat serologinya berdasarkan antigen O (somatik), K (kapsul), dan H (flagella) (Fardiaz,1989). Bentuk batang pendek dan habitat utamanya adalah usus manusia dan hewan. Escherichia coli dipakai sebagai organisme indikator karena Escherichia coli terdapat dalam jumlah yang banyak menunjukkan bahwa pangan atau air telah mengalami pencemaran (Gaman dan Sherrington, 1992).
Staphylococcus sp
Bentuk coccus berukuran besar, terdapat pada rongga hidung manusia maupun pada beberapa jenis hewan tertentu dan juga pada kulit. Juga merupakan penyebab yang umum pada keracunan pangan (Gaman dan Sherrington, 1992). Staphylococcus adalah sel yang berbentuk bola dengan diameter 1 mikrometer yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur. Kokus tunggal, berpasangan tetrad dan berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair. Staphylococcus bersifat nonmotil dan tidak membentuk spora. Dibawah pengaruh obat seperti penisilin, Staphylococcus mengalami lisis. Ia tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobik atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 37 0C namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar. Koloni pada media padat berbentuk bulat, lembut dan mengkilat (Brooks et al., 2001).
Streptococus Lactis
Bakteri penghasil asam susu banyak terdapat dari famili Lactobacteriaceae, terutama Streptococus lactis. Bakteri ini banyak terdapat dalam susu dengan jumlah besar. Spesies ini berkembang cepat sekali, sedang ia mudah menguraikan laktosa, hanya pada temperatur 37o sampai 50oC aktivitasnya begitu besar (Dwidjoseputro, 1978).




MATERI dan METODE
A.    Materi Praktikum
ALAT DAN BAHANK
Alat :
·         Ose atau kapas lidi steril
·         Gelas obyek
·         Lampu bunsen
Bahan :
·         BIAKAN BAKTERI DALAM MEDIA PADAT
·         AGUADES STERIL
·         NaCl Fisiologi
·         Cat gram: cat kristal, cat lugol, cat etanol 96 %, cat fuchin

B.     Metode  Praktikum
1.         Bersihkan kaca objek dengan tisu yang dibasahi alkohol
2.         Menuliskan kode pada sudut kaca objek dengan spidol
3.         Meneteskan 2 mata ose NaCl dibagian tengah kaca objek
4.         Mengambil 1 ose biakan bakteri lalu dicampur NaCl diatas kaca objek sampai merata
5.         Biarkan preparat mengering diudara sebebtar lalu fiksasi diatas api
6.         Preparat yang telah siap dicat ditaruh diatas jembatan pengecatan
7.         Melakukan pengecatan dengan menambahkan karbon gentian violet lalu dibiarkan selama 1 – 3 menit kemudian dicuci air mengalir
8.         Menambahkan lugol lalu dibiarkan selama 1 menit kemudian dicuci dengan air mengalir
9.         Menambahkan etanol 96 % lalu dibiarkan selama seperempat – setengah menit kemudian dicuci dengan air mengalir
10.     Menambahkan air fuchsin dibiarkan 1 - 2 menit lalu dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan
11.     Mengamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 x


HASIL dan PEMBAHASAN

A.    Hasil Praktikum
1.         Percobaan I
Gambar1. bakteri gram negative
Pada percobaan pertama menggunakan kaca preparat A dengan pengenceran  hasil yang diperoleh adalah bakteri Gram Negatif  berwarna merah bata dengan bentuk morfologi Vibrio.
2.      Percobaan II
Pada percobaan kedua menggunakan kaca preparat B hasilnya adalah Gram Positif berwarna ungu dengan bentuk morfologi coccus bercampur streptococcus.

B.     Pembahasan
Berdasarkan praktikum pewarnaan gram didapatkan hasil sebagai berikut:

1.      Percobaan I
Pengecatan gram pada Escherichia Coli didapatkan warna merah, berbentuk vibrio dan berkoloni. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadioetomo (1989), yang menyatakan bahwa bakteri Escherichia Coli memiliki bentuk batang, dan berwarna merah. Bakteri ini termasuk bakteri gram negatif, dan berwarna merah karena bakteri ini mempunyai peptidoglikan tipis pada dinding selnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Lay (1994), yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan stuktur dinding sel pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan tipis sehingga tidak dapat mengikat cat warna utama dengan kuat.
2.      Percobaan II
Pewarnaan gram pada percobaan kedua dengan bakteri yang sama  tampak warna dasar ungu dengan bentuk coccus atau bulat dan streptococcus dengan susunannya berkoloni. Hal ini sesuai dengan pendapat Pelczar dan Chan (1986) yang menyatakan bahwa sel Streptococcus sp berbentuk seperti rantai dengan ukuran 0,3 – 2,2 μm x 1,27 – 7,0 μm, bakteri ini termasuk bakteri yang mempunyai gram positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Lay (1994) yang menyatakan bahwa warna ungu disebabkan karena kompleks zat warna kristal violet tetap dipertahankan meskipun diberi larutan peluntur.


KESIMPULAN dan SARAN

A.           KESIMPULAN
Dari praktikum Mikrobiologi Umum didapatkan hasil pada pewarnaan sederhana bakteri E. Coli dengan bentuk merata dan berwarna ungu muda, sedangkan pada pewarnaan gram didapatkan bakteri S. Tipy dengan bentuk memanjang dan berwarna merah muda. Pada metode pewarnaan gram kita dapat mengetahui bakteri mana yang tergolong bakteri gram positif atau negatif, sedangkan pada metode pewarnaan sederhana, tidak dapat digunakan untuk mengetahui tergolong bakteri apa, bakteri yang kita amati tersebut. Metode pewarnaan gram terbukti sebagai metode pewarnaan yang lebih signifikan dalam mengidentifikasi bakteri.

B.     Saran
Banyak penanaman mikrobia yang gagal, ini disebabkan mungkin karena terkontaminasi dengan mikrobia lain, ini ditandai dengan tidak tumbuhnya mikrobia yang diinginkan. Maka, saat praktikum pemupukan ini keadaan di sekitar sangat berpengaruh dengan sangat dominannya pengaruhnya maka kita harus menjaga kesterilitas agar penanaman mikrobia dapat tumbuh dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar