Selasa, 14 Oktober 2014

Makalah Patologi Umum



MAKALAH PATOLOGI UMUM
TENTANG
PENYAKIT RABIES


Oleh;

Nama : Muhammad Husni Thamrin
NIM : B0D 012 049
Prodi : D III,Agribisnis Kons. Kesehatan Hewan




FAKULTASPETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan jika manusia tersebut terpapar terhadap factor lingkungan pada tingkat yang tidak dapat ditenggang keberadaannya. Seorang tokoh di dunia kedokteran Hipokrates (460-377 SM) adalah tokoh yang pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungannya dengan fenomena alam dan lingkungannya.
Salah satunya penyakit rabies merupakan jenis penyakit yang didapat karena fenomena alam dan lingkungan tersebut. Rabies disebabkan oleh gigitan anjing, kera dan kucing serta hewan yang berdarah yang berada disekitar kita. Hal ini adalah jelas bahwa bintang tersebut merupakan fenomena yang jelas-jelas berada di sekeliling kita.
Rabies ditemukan pada hampir semua negara di dunia, kecuali Australia, Inggris, sebagian besar Skandinovia, Islandia, Yunani, Portugal, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Selandia Baru, Brunai, Jepang dan Taiwan. Jumlah kematian karena rabies di seluruh dunia diperkirakan mencapai 55.000 orang pertahun dan terbanyak di negara Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Eurasia. Negara endemis rabies antara lain India, Srilanka, Pakistan, Bangladesh, China, Filipina, Thailand, Indonesia, Meksiko, Brazilia, Amerika Serikat, dan Amerika Tengah. Negara dengan kejadian tertinggi di dunia adalah India dengan 30.000 kasus kematian pertahun atau 3 : 100.000 penduduk (1990 - 2000) kurang lebih 60 % dari kematian karena rabies di seluruh dunia (control rabies India 2003; V (182) 11-15)
Rabies merupakan saru di antara zoonosis penting di Indonesia. Arti penyakit ini tidak saja dampak kematian manusia yang ditimbulkannya tetapi juga dampak psikologis (kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan) pada orang-orang yang terpapar serta kerugian ekonomi pada daerah yang tertular seperti biaya pendidikan, pengendalian yang harus dibelanjakan pemerintah serta pendapatan negara dan masyarakat yang hilang akibat pembatalan kunjungan wisatawan.
Rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia oleh Schoorl (1884) di Jakarta pada seekor kuda, kemudian oleh JW Esser (1889) di Bekasi pada seekor Kerbau. Setelah Penning (1890) menemukan rabies pada anjing, rabies ini menjadi penyakit yang popular di Indonesia (Hindia Belanda saat itu). Rabies pada manusia dilaporkan lebih belakangan yaitu oelh de Haan pada tahun 1894. Campur tangan (intervensi) pemerintah terhadap pengendalian rabies secara formal telah dilakukan sejak era 1920-an, terbukti dengan penetapan ordonansi rabies – Hondsdolheids (Staatsblad 1926 No. 451 yo Staatblad 1926 No. 452) oleh pemerintah colonial Belanda.
Dalam sejarah pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia, walaupun ada wilayah yang berhasil dibebaskan, namun Indonesia tidak berhasil menghentikan perluasan daerah tertular rabies di Indonesia. Daerah tertular rabies yang semula hanya beberapa provinsi saja sebelum Perang Dunia II, telah meluas ke daerah lain yang semula bebas yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara dan Sulawesi Utara (1956), Sulawesi Selatan (1958), Sumatera Selatan (1959), Lampung (1969), Aceh (1970), Jambi dan DI yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tengah (1972), Kalimantan Timur (1974) dan Riau (1975).
Pada decade 1990 an dan 2000 an Rabies masih terus menjalar ke wilayah yang sebelumnya bebas hitoris menjadi tertular  yaitu Pulau Flores (1998) Pulau Ambon dan Pulau Seram (2003), Halmahera dan Morotai (2005) Ketapang (2005) serta Pulau Buru (2006) kemudian Pulau Bali, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat di Provinsi Riau (2009). Saat ini provinsi yang bebas rabies Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat.

Tahun 2009, merupakan bukti bahwa Indonesia bukanlah negara yang bebas dari penyakit Rabies, terbukti dengan adanya korban meninggal yang terinfeksi oleh penyakit ini di beberapa Rumah Sakit di Indonesia. Salah satunya adalah provinsi Bali yang telah dklaim bebas rabies justru telah banyak korban berjatuhan baik yang suspect maupun yang telah positif terjangkit virus rabies. Sekarang Dinas Peternakan Bali sedang genjar-genjarnya memberantas penyakit mematikan ini yang disebabkan oleh gigitan hewan, anjing yang dianggap sebagai sahabat manusia justru sebagai penyebar utama dari penyebaran virus rabies ini melalui gigitannya. Sehingga tidak heran banyak anjing yang dibunuh, namun untuk anjing yang dipelihara akan diberikan vaksinasi. Agar kita terhindar dari penyakit mematikan ini, hendaknya kita mengetahui bagaimana ciri-ciri hewan yang telah terinfeksi virus rabies. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penyakit rabies dari pengertian sampai dengan tips-tips bila kita atau orang terdekat kita digigit oleh anjing atau hewan yang lainnya yang berpotensi untuk menyebarkan virus rabies.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:
  • Untuk mengetahui pengertian penyakit rabies
  • Untuk mengetahui identifikasi penyakit rabies
  • Untuk mengetahui agen penular penyakit rabies
  • Untuk mengetahui kejadian rabies di dunia
  • Untuk mengetahui reservoir penyakit rabies
  • Untuk mengetahui cara penularan penyakit rabies
  • Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit rabies yang meliputi masa inkubasi dan masa penularan
  • Untuk mengetahui kerentanan dan ketahanan penyakit rabies
  • Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit rabies
·         Yang terakhir agar mahasiswa mengetahui trend dan issue yang sedang berkembang di Indonesia yaitu masalah rabies dan dapat memberikan penanganan yang tepat dari panyakit rabies ini.










BAB II
ISI/PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama anjing gila merupakan suatu penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan dari gigitan hewan penular rabies. Hewan yang rentan dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah panas. Penyakit rabies secara almi terdapat pada bangsa kucing, anjing, kelelawar, kera dan karnivora liar lainnya.
Pada hewan yang menderita rabies, virus ditemukan dengan jumlah yang banyak pada air liurnya. Vrus ini ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui luka gigitan. Oleh karena itu bangsa karnivora adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar rabies.
Penyakit rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan selau berakhir dengan kematian. Mengingat akan bahaya dan keganasan terhadap kesehatan dan ketentraman hidup masyarakat, maka usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit ini perlu dilaksanakan secara intensif.

2.2 Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap tinggal pada tempat masukdan disekitrnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterios tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya. Sesampainya di otak , virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbic, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak kea rah perifer dalam serabut saraf eferen, volunteer dan otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hamper tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringab seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
Banyak hewan yang bias menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan yang lainnya juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia bahkan sekarang di Indonesia kasus rabie ini mulai muncul dan sudah banyak memakan korban. Ini disebabkan kareni tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan local atau kalumpuhan total.

2.3 Tahapan Penyakit Rabies
Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase yaitu :
a.       Fase Prodormal
Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat terjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari. Setelah fase prodormal dilanjutkan fase eksitasi atau bisa langsung ke fase paralisa.
b.      Fase Eksitasi
Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya danmemakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran, selanjutnya masuk fase paralisa.
c.       Fase Paralisa
Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.
Masa inkubasi dari penyakit ini adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10-14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.

2.4 Gejala Rabies
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya sangat bervariasi dari 10 hari sampai 1 tahun. Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan, dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan pada daerah otot yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
Pada salah satu sumber menyebutkan beberapa ciri-ciri dari korban yang telah terinfeksi virus rabies diamana korban tersebut akhirnya meninggal akibat terlambat mendapat pertolongan, yaitu :

a.       Keluar keringat yang deras
b.      Dada sakit seperti tertusuk-tusuk dan sakit
c.       Sesak nafas
Beberapa minggu setelah digigit anjing, korban akan takut air dan angin namun sering menggigil dan kehausan. (Bali Post,2009)

2.5 Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan
Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
a.       Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
-          Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
-          Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
-          Tidak menurut perintah majikannya
-          Nafsu makan hilang
-          Air liur meleleh tak terkendali
-          Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
-          Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
-          Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
-          Ekor diantara 2 (dua)paha
b.      Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
-          Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
-          Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
-          Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
-          Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
-          Mati
c.       Bentuk Asystomatis
Hewan tidak menunjukan gejala sakit
Hewan tiba-tiba mati



2.6 Tindakan Terhadap Hewan Yang Menggigit
Anjing, kucing, dank era yang yang menggigit manusia atau hewan lainnya harus dicurigai menderita Rabies. Terhadap hewan tersebut harus diambil tindakan sebagai berikut :
a.       Bila hewan tersebut adalah hewan peliharaan atau ada pemiliknya, maka hewan tersebut harus ditangkap dan diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi selama 14 hari. Bila hasil observasi negative Rabies maka hewan tersebut mendapat vaksinasi rabies sebelum diserahkan kembali ke pemiliknya.
b.      Bila hewan yang menggigit adalah hewan liar (tidak ada pemiliknya) maka hewan tersebut harus dusahakan ditangkap hidup dan diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi dan setelah masa observasi selesai hewan tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara oleh orang yang berkenan, setelah terlebih dahulu diberikan vaksinasi Rabies.
c.       Bila hewan yang menggigit sulit untuk ditangkap dan terpaksa harus dibunuh , maka kepala hewan tersebut harus diambil dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

2.7 Perundang-undangan Tentang Rabies
Sejak tahun 1926 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing, kucing, dank era yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926 dan pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926.
Selanjutnya ordonantie tersebut mengalami perubahan/penambahan-penambahan yang disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Misalnya, di DKI Jakarta terdapat SK Gubernur No. 3213 tahun 1984 tentang Tatacara Penertiban Hewan Piaraan Anjing, Kucing, dan Kera di wilayah DKI Jakarta yang antara lain berisi :
1.      Kewajiban pemilik hewan piaraan untuk memvaksinasi hewannya dan menggantungkan peneng tanda lunas pajak.
2.      Menangkap dan menyerahkan hewannya apabila menggigit orang untuk diobservasi.
3.      Hewan yang dibiarkan lepas dan dianggap liar atau tersangka menderita rabies akan ditangkap oleh petugas penertiban.
Berhasil tidaknya usaha pengendalian penyakit rabies sangat erat hubungannya dengan kesadaran, pengetahuan dan partisipasi dari semua masyarakat.

2.8 Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera seteleh terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
·         Dokter hewan
·         Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
·         Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang terjangkit rabies dimana banyak anjing ditemukan
·         Para penjelajah gua kelelawar
·         Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibody akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapat dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
2.9 Pengobatan
·         Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat. Maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus)tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
·         Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam dosemprotkan dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada pemberita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobin rabies, dimana separuh dari dosisnnya disuntikkan di tempat gigitan.
·         Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1 % yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
·         Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2)
·         Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan, atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun immunoglobulinrabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.




























BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat.
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus, jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113 orang.
Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia.
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun
Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukanpemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.




3.2  Saran

Bila memiliki binatnag peliharaan baik itu anjing, kucing, burung atau lain sebagainya, hendaknya selalu menjaga kebersihan hewan tersebut dan bawalah hewan peliharaan anda ke dokter hewan untuk mendapatkan vaksinasi.











DAFTAR PUSTAKA

http://health.kompas.com/read/2010/10/25/09275732/Rabies.Tragedi.Manusia.dan.Hewan
http://www.jakarta.go.id/_jakpus/Ternak/Rabies.htm( diakses pada tgl 21-09-2009 )
http://www.animalgate.com/pub/article.php?id=224
http://nursingbegin.com/penyakit-rabies-serta-penatalaksanaannya/
(http://www.steve.gb.com, 2006)
[[http://medicastore.com/penyakit/225/Rabies_anjing_gila.htmlperut]]. <ref name="tabanankab"/>
http://www.antaranews.com/berita/1256562409/waspadai-rabies
http://www.anjingkita.com/wmview.php?ArtID=754( diakses pada tgl 21-09-2009 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar